Rabu, 23 Maret 2016

REFLEKSI 4: MATEMATIKA MODEL



Senin, 21 Maret 2016
Pukul 09.20 – 11.00 di ruang 201B Gedung Lama PPs UNY

Gity Wulang Mandini
15709251054
Pendidikan Matematika Kelas D


Struktur merupakan ekstensi dan intensi. Salah satu contohnya ialah diekstensikan dalam ruang dan waktu. Ekstensi dalam bidang waktu merupakan timeline atau sesuai dengan sejarah. Kemudian setiap titik dari sejarah tersebut diekstensikan berdasarkan ruang yang merupakan keanekaragaman dan dimensi. Sedangkan bila setiap titik diintensikan maka akan ditemukan kedalamannya. Ekstensi dan intensi yang dimaksud ialah berdasarkan para filosof, matematikawan dan ilmuan yang ada. Hal tersebut agar segala hal yang dikerjakan ialah valid serta dapat dipercaya.
Struktur yang dimaksud diambil berdasarkan unsur onlotogisnya, sehingga tidak ada yang lebih dalam darinya. Tidak ada hal yang lebih dalam dari itu, selama itu menyangkut dengan pikiran yang kita punya. Jika menyangkut hati dan spiritual maka terdapat hal yang lebih lagi yaitu kuasa Tuhan.
Jadi dalam mengambil unsur ontologis ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Terdapat suatu pohon. Bila kita mengambil bagian dari pohon, misalnya bunga maka akan kesulitan bila akan mencapai akar. Tapi bila kita mengambil akarnya, akan mudah untuk menuju ke bunga. Alasannya yaitu karena sari-sari makanan akan tersalurkan ke bunga.
Maksud dari ilustrasi tersebut ialah agar mudah dalam mengembangkan suatu point, maka kita harus mengambil hal paling dasar atau ontologisnya. Jika kita dapat mengambil unsur ontologisnya, maka akan mudah dalam mengembangkannya. Sehingga dalam mengembangkannya dapat sesuai dengan urutan-urutan waktu atau timeline.
Matematika disini diartikan sebagai dahan yang merupakan ilmu bidang. Batas dari ilmu bidang diprakarsai oleh Auguste Comte. Ia memprakarsai ilmu bidang yang merupakan pilar dari ilmu pengetahuan.
Kita harus teliti dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Bila kita teliti akan hal tersebut, maka hal yang kita lakukan merupakan suatu simulasi dari kehidupan kita sendiri. Asalan mengapa hal tersebut merupakan simulai yaitu karena hidup kita selalu berhubungan dengan yang ada dan yang mungkin ada. 
Oleh karena itu sebaiknya kita dalam memahami sesuatu harus dimulai dari unsur atau hal yang masih dasar. Kemudian dijalankan sesuai dengan timeline atau sejarahnya. Setelah kita kita perlu memasuki ke bagian ontologi, epistemologi, hingga pada zaman saat ini. Hal tersebut perlu diperhatikan agar sesuai.


Sabtu, 19 Maret 2016

REFLEKSI 3: MATEMATIKA MODEL



Senin, 14 Maret 2016
Pukul 09.20 – 11.00 di ruang 201B Gedung Lama PPs UNY

Gity Wulang Mandini
15709251054
Pendidikan Matematika Kelas D

Struktur hermenitika dari matematika model dilihat dari filsafa ialah sebagai berikut. Sebelum membahas mengenai struktur hermenitika ini, alangkah baiknya kita mengetahui dulu pengertian dari struktur itu sendiri. Struktur ialah mencari unsur ontologis. Contoh dasar dari unsure ialah sebagai berikut:
1.        Dalam matematika ialah terdapat unsur yang didefinisikan hingga unsur yang tidak dapat didefinisikan.
2.        Dalam biologi unsurnya ialah DNA.
3.        Dalam psikologi ialah unsure satuan (unit pemahaman).
4.        Dalam statistika yaitu unsur atau unit kejadian.
Unsur ontologis dalam filsafat merupakan objek filsafat. Objek tersebut yaitu yang sangat kita pahami yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Hal yang ada inilah yang meliputi semua hal yang dapat dipikirkan manusia. Unsur yang akan dibahas disini merupakan unsur dasar dalam ontologis.
Objek “Ada” ini jika dihermenitikakan akan mengasilkan 2 hal yaitu hal yang tetap dan hal yang tidak tetap atau berubah. Yang tetap berada di dalam pikiran kita dan hal yang berubah di luar pikiran. Hal yang berada di dalam pikiran kita ini dapat di nalar sedangkan yang berada di luar pikiran ialah secara alami. Unsur yang secara alami ini dapat berupa dari pengalaman sehingga akan menjadi real maka terbentuklah realisme. Yang merupakan tokoh realisme adalah Aristoteles. Sedangkan hal yang dapat dinalar ialah rasionalisme. Tokoh dari rasionalisme adalah Plato.
Logika sangat dibutuhkan dalam segala aspek. Maka muncullah logicism. Berdasarkan hal ini maka kita ketahui bahwa pikiran ini bersifat analitik. Analitik ini contohnya a priori karena a priori ini bersifat tetap atau konsisten maka kebenarannya menjadi koheren. Sehingga muncullah filsafat koherentism. Kebenarannya disini ialah cocok dengan persepsi. Cocok ini ialah suatu korespondensi. Maka dari itu muncullah filsafat korespondensionalism.
Antara R. Descrates menyatakan tidaklah terdapat ilmu bila tak ada rasio dan D. Hume menyatakan tidak ada ilmu bila tidak ada pengalaman. Adanya pertentangan antara dua tokoh tersebut kemudian muncullah Imanuel Kant sebagai penengahnya. Ia menyampaikan bahwa antara ilmu dan pengalaman itu merupakan hal yang berkaitan. Ilmu menurut Imanuel Kant yaitu sintetik dan a priori. Menurutnya bahwa matematika murni belum merupakan suatu ilmu.
Selanjutnya muncullah Aguste Compte yang menengahi segala pertentangan yang ada sebelumnya. Maka ia membuat buku yang berjudul positovisme. Dalam bukunya ia menjelaskan hal yang diperlukan dalam membangun dunia dipandang dari 3 unsur berukut:
1.        Agama
2.        Filsafat
3.        Positivisme (Saintifik)
Hendaknya dalam mempelajari suatu hal, kita harus mengetahui asal mula dari hal tersebut. Agar kita mengetahui maknya sebenarnya. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan unsur ontologis dari hermenitika dilihat dari hal yang “Ada”.

Jumat, 11 Maret 2016

REFLEKSI 2: MATEMATIKA MODEL



Senin, 7 Maret 2016
Pukul 09.20 – 11.00 di ruang 201B Gedung Lama PPs UNY

Gity Wulang Mandini
15709251054
Pendidikan Matematika Kelas D

Metode yang digunakan dalam perkuliahan matematika model adalah menggunakan metode hermenitika. Orang matematika murni ialah salah satu contoh dari penggunaan model hermenitika ini. Kita bisa meniru dari matematikawan murni dalam menggunakan metode ini. Matematikawan murni memiliki cara berfikir yang menggunakan landasan atau foundation, maka matematikawan murni disebut kaum yang berlandasan atau foundasounalism.
Di dunia ini hanya terdapat 2 cara berfikir yaitu berfikir dengan menggunakan landasan dan tidak menggunakan landasan. Misalnya berkeluarga itu memiliki landasan menikah, beragama memiliki landasan kitap suci atau keyakinan. Contoh lainnya ialah kita akan pergi ke suatu tempat, kita memiliki landasan bahwa kita akan selamat hingga tujuan yang kita tuju. Sedangkan berfikir yang tidak memiliki landasan misalnya cara berfikir anak kecil. Misalnya, seorang anak kecil mengerti tentang besar dan kecil, tentang jauh dan dekat, atau tentang panas dan dingin. Pikiran anak tersebut termasuk tidak berlandaskan karena pikiran tersebut tidak berdasarkan definisi. Landasannya ialah melalui pergaulan, interaksi, atau pengalaman. Jadi pada dasarnya ilmu dikategorikan menjadi dua, yaitu ilmu yang berlandaskan (foundasounalism) dan ilmu yang tidak berlandaskan (intuisionism).
Saat menerapkan matematika model dengan foundasounalism pada matematika murni maka landasannya ialah membuat definisi. Tidak cukup hanya definisi, namun juga struktur yang terdapat di dalamnya. Struktur tersebut mencakup wadah dan isinya. Sehingga definisi yang ada sama seperti dalam matematika murni yaitu terstruktur. Definisi ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan. Unsur dasar dari yang tidak didefinisikan itu adalah ”adalah”. Ini karena tak ada seorangpun yang dapat mendefinisikan istilah “adalah”. Hal tersebut merupakan unsur dasar yang paling mendasar secara filsafat dari definisi.
Misalnya adalah “sama dengan” yang memiliki struktur wadah dan isi. Maksud dari “sama dengan” ini adalah untuk menghubungkan antara predikat dan subjek. Contohnya ialah “Saya adalah manusia”, saya sebagai predikat dan manusia sebagai objeknya.